Jdlexpress.co.id – Apakah kamu pernah mendengar istilah CNF dalam impor ekspor? CNF adalah salah satu dari banyak incoterms yang digunakan dalam perdagangan internasional. Incoterms adalah singkatan dari International Commercial Terms, yaitu kumpulan aturan yang mengatur tanggung jawab, biaya, dan risiko antara penjual dan pembeli dalam pengiriman barang lintas negara.
CNF sendiri adalah singkatan dari Cost and Freight, yang berarti biaya dan ongkos angkut. Dalam sistem ini, penjual atau eksportir bertanggung jawab untuk membayar biaya pengiriman barang sampai ke pelabuhan tujuan yang telah disepakati, tetapi tidak termasuk biaya asuransi barang. Biaya asuransi barang menjadi tanggung jawab pembeli atau importir.
Lalu, bagaimana cara menghitung biaya CNF? Apa saja kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem ini? Dan apa bedanya dengan sistem lain seperti CIF dan FOB? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Apa Itu CNF?
CNF adalah sistem pembayaran yang mengatur bahwa penjual atau eksportir harus menanggung biaya transportasi barang dari gudang asal sampai ke pelabuhan tujuan, termasuk biaya bongkar muat, biaya dokumen, dan biaya bea cukai di negara asal. Namun, penjual atau eksportir tidak perlu membayar biaya asuransi barang selama perjalanan. Biaya asuransi barang menjadi tanggung jawab pembeli atau importir.
CNF juga dikenal dengan nama lain, yaitu C&F atau CFR. Ketiga istilah ini merujuk pada sistem pembayaran yang sama. CNF biasanya digunakan untuk pengiriman barang melalui laut atau udara. Dalam sistem ini, penjual atau eksportir harus memberitahukan kepada pembeli atau importir tentang tanggal keberangkatan kapal atau pesawat, nomor kontainer, nomor B/L (Bill of Lading), dan dokumen lain yang dibutuhkan.
B/L adalah dokumen yang berfungsi sebagai bukti pengiriman barang, bukti kepemilikan barang, dan kontrak pengangkutan barang. Dokumen ini dikeluarkan oleh perusahaan pengangkut kepada penjual atau eksportir setelah barang dimuat ke kapal atau pesawat. Dokumen ini harus diserahkan oleh penjual atau eksportir kepada pembeli atau importir agar barang dapat diterima di pelabuhan tujuan.
Bagaimana Cara Menghitung Biaya CNF?
Untuk menghitung biaya CNF, kita perlu mengetahui beberapa komponen biaya yang terlibat, yaitu:
- Biaya barang (cost of goods), yaitu harga barang yang disepakati antara penjual dan pembeli.
- Biaya pengiriman lokal (local freight cost), yaitu biaya pengiriman barang dari gudang penjual ke pelabuhan asal.
- Biaya bongkar muat (loading and unloading cost), yaitu biaya yang dikenakan oleh pelabuhan untuk memuat dan membongkar barang dari kapal atau pesawat.
- Biaya pengiriman internasional (international freight cost), yaitu biaya pengiriman barang dari pelabuhan asal ke pelabuhan tujuan.
- Biaya dokumen (document cost), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan mengurus dokumen yang dibutuhkan dalam impor ekspor, seperti invoice, packing list, B/L, sertifikat asal, dan lain-lain.
- Biaya bea cukai (customs cost), yaitu biaya yang harus dibayar kepada pemerintah negara asal untuk mendapatkan izin ekspor barang.
Dengan mengetahui komponen biaya tersebut, kita dapat menghitung biaya CNF dengan rumus berikut:
Biaya CNF = HPP + Biaya Pengemasan + Biaya Pemuatan + Biaya Pengangkutan + Biaya Asuransi
Sebagai contoh, misalkan kita ingin mengimpor barang dari China ke Indonesia dengan sistem CNF. Berikut ini adalah data yang kita miliki:
-
Misalkan Anda ingin mengekspor 1 kontainer berisi sepatu ke Amerika Serikat. HPP sepatu adalah Rp 10.000.000 per pasang, dan Anda mengekspor 1000 pasang sepatu. Biaya pengemasan adalah Rp 500 per pasang, biaya pemuatan adalah Rp 1.000.000 per kontainer, biaya pengangkutan adalah Rp 50.000.000 per kontainer, dan biaya asuransi adalah 1% dari nilai barang.
Hitung biaya CNF:
- HPP = 10.000.000 x 1000 = Rp 10.000.000.000
- Biaya pengemasan = 500 x 1000 = Rp 500.000
- Biaya CNF = 10.000.000.000 + 500.000 + 1.000.000 + 50.000.000 + (1% x 10.000.000.000)
- Biaya CNF = Rp 10.051.500.000
Jadi, kita harus membayar Rp 10.051.500.000 kepada penjual atau eksportir untuk mendapatkan barang tersebut sampai ke pelabuhan tujuan di Indonesia. Namun, kita juga harus membayar biaya asuransi barang dan biaya lain yang timbul setelah barang sampai di pelabuhan tujuan, seperti biaya bongkar muat, biaya bea masuk, biaya pajak, dan biaya pengiriman lokal ke gudang kita.
Apa Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan CNF?
Seperti halnya sistem pembayaran lain, CNF juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
Kelebihan CNF
- Penjual atau eksportir dapat mengendalikan biaya pengiriman barang dan memilih perusahaan pengangkut yang terpercaya dan efisien.
- Pembeli atau importir dapat menghemat biaya asuransi barang dengan mencari asuransi sendiri yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran.
- Pembeli atau importir dapat mengurangi risiko kerugian akibat barang rusak atau hilang selama perjalanan dengan memastikan barang diasuransikan dengan baik.
- Pembeli atau importir dapat mengetahui detail pengiriman barang, seperti tanggal keberangkatan, nomor kontainer, nomor B/L, dan dokumen lain yang dibutuhkan.
Kekurangan CNF
- Penjual atau eksportir harus menanggung biaya pengiriman barang yang cukup besar dan mengurus banyak dokumen yang dibutuhkan.
- Pembeli atau importir harus membayar biaya asuransi barang sendiri dan mengurus klaim asuransi jika terjadi kerusakan atau kehilangan barang.
- Pembeli atau importir harus menanggung biaya lain yang timbul setelah barang sampai di pelabuhan tujuan, seperti biaya bongkar muat, biaya bea masuk, biaya pajak, dan biaya pengiriman lokal.
- Pembeli atau importir harus berhati-hati dalam memeriksa kondisi barang saat menerima barang di pelabuhan tujuan dan melaporkan jika ada kerusakan atau kekurangan barang.
Apa Bedanya CNF dengan CIF dan FOB?
Selain CNF, ada juga metode pembayaran lain yang sering digunakan dalam impor ekspor, yaitu FOB dan CIF. FOB adalah singkatan dari Free on Board, yang berarti bebas di atas kapal. FOB adalah kesepakatan di mana eksportir hanya bertanggung jawab untuk membayar biaya transportasi barang hingga ke pelabuhan asal dan menyerahkan barang ke kapal. Setelah itu, seluruh biaya dan resiko menjadi tanggung jawab importir.
CIF adalah singkatan dari Cost, Insurance, and Freight, yang berarti biaya, asuransi, dan ongkos angkut. CIF adalah kesepakatan di mana eksportir bertanggung jawab untuk membayar biaya transportasi barang dari pelabuhan asal hingga pelabuhan tujuan, termasuk biaya asuransi barang selama perjalanan. Setelah barang sampai di pelabuhan tujuan, biaya dan resiko menjadi tanggung jawab importir.
Dari penjelasan di atas, kita bisa melihat perbedaan antara CNF, FOB, dan CIF. Perbedaan utamanya terletak pada siapa yang menanggung biaya dan resiko transportasi barang. Berikut ini adalah tabel yang membandingkan ketiga metode pembayaran tersebut.
Metode | Biaya Transportasi | Biaya Asuransi | Resiko Transportasi |
FOB | Eksportir hingga pelabuhan asal | Importir | Importir |
CNF | Eksportir hingga pelabuhan tujuan | Importir | Importir |
CIF | Eksportir hingga pelabuhan tujuan | Eksportir | Importir |
Demikian artikel yang saya buat tentang CNF dalam impor ekspor. Semoga artikel ini dapat membantu kamu memahami pengertian, cara menghitung, kelebihan dan kekurangan, serta perbedaan CNF dengan sistem pembayaran lain. Jika memiliki pertanyaan, saran, atau kritik, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini. Terima kasih telah membaca artikel ini sampai habis.